Laman

Lebaran Hari Kemenangan Siapa coba?

Ketika bertanya siapa yang puasanya berhasil di Ramadhan waktu itu? apa hari kemenangan itu memang seperti itu?  apa seperti ini kelakuan manusia jika sudah menang, lebih baik atau semakin labil?
melalui beberapa sharing & tanya jawab dalam bahasan hari kemenangan dengan temen2 blog disanasini, sebenernya udah agak lama ulasannya tapi ga apalah ya..
dan berikut yang berhasil saya kutip dan ini menurut saya emang bagus banget !
 ---
Aneka iklan baik yang di televisi maupun media cetak sepertinya ada yang aneh. Salah satunya adalah penyebutan Idul Fitri sebagai Hari kemenangan. Terus terang hingga saat ini saya masih belum mencerna kenapa Idul Fitri disebut hari kemenangan. Saya menemukan setidaknya ada 3 jawaban ini:

Pertama, dari kata idul fithri itu sendiri yang berarti kembali ke fitrah, yakni ‘asal kejadian’, atau ‘kesucian’, atau ‘agama yang benar’. Maka setiap orang yang merayakan idul fitri dianggap sebagai cara seseorang untuk kembali kepada ajaran yang benar, sehingga dia bisa memperoleh kemenangan.

Baik, jika memang Idul Fitri benar-benar seperti yang disebutkan diatas. Berapa orang yang benar-benar mendapatkan Idul Fitri? Berapa orang yang benar-benar telah kembali kepada agama yang benar? Kalaupun ada, saya yakin mereka justru menangis di hari raya ini.

Kedua, dari kata ‘minal ‘aidin wal faizin’ yang berarti ‘semoga kita termasuk orang-orang yang kembali memperoleh kemenangan’ . Karena menurut para ahli, kata al-faizin diambil dari kata fawz, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an, yang berarti ‘keburuntungan’ atau ‘kemenangan’.

Mungkin ini sanggahannya juga sama seperti diatas. Siapa yang merasa menang hari raya ini? Menang atas apa? Nah, mari kita simak jawaban ketiga yang seperti menjawab pertanyaan siapa yang menang.

Makna lain dari kata idul fitri sebagai hari kemenangan adalah karena pada hari itu seluruh kaum muslimin dan muslimat baru saja menuntaskan kewajiban agamanya yang paling berat yaitu menahan hawa nafsu melalui ibadah Ramadhan. Karena itu, barangsiapa mampu menuntaskan ibadah Ramadhan itu selama sebulan penuh, tentu dia akhirnya keluar sebagai pemenang dalam ujian kesabarannya itu.

Ini yang sangat lucu. Bagaimana bisa disebut berat kalau saat Ramadhan syetan-syetan dibelenggu, neraka ditutup, surga dibuka, iming-iming pahala berlipat-lipat tiada tara bahkan masih ditambah dengan nuansa yang sangat mendukung untuk berpuasa. Saya mau tanya, mana yang lebih berat, puasa tiap hari di bulan Ramadhan atau puasa Senin dan Kamis saja di bulan lain saat musim kemarau?

Kalau menurut saya, hari kemenangan itu justru di awal ramadhan. Karena kita berhasil mencapai bulan penuh berkah ini. Kita berhasil menemui masa dimana syetan dibelenggu dan pahala dilipatgandakan. Ramadhanlah hari-hari penuh kemenangan dan suka cita. rejeki berlimpah dan aneka kesenangan lainnya.

Maka tidak heran betapa gembiranya rasulullah dan para sahabat tatkala bulan Ramadhan hendak datang. Bahkan sejak bulan rajab, kegembiraan itu sudah dirasakan.


Sementara 1 syawal adalah hari penuh kesedihan dan kekalahan. Hari itu syetan lepas dari belenggunya. Ibadah dihitung normal lagi. Dan semua ibadah akan terasa berat lagi. Dan kita justru bersuka cita atas itu? Dan mengatakan ini hari Kemenangan?? Jangan-jangan kita adalah syetan yang telah lepas dari penjara Ramadhan?

Coba nanti anda perhatikan bagaimana sholat orang-orang ketika 1 syawal nanti. Berapa shaf sholatnya? Atau jangan-jangan masjid di tempat kita malah libur hari itu karena pengurusnya sibuk menerima tamu di rumah. Jika demikian yang terjadi maka lengkaplah sudah kemenangan ini. Dan mungkin syetan akan bersorak sorai menyambut hari kemenangan ini.

Jadi jangan heran juga kenapa Rasulullah dan para sahabatnya justru menangis di hari-hari terakhir Ramadhan. Bukan karena menangis haru, tapi menangis karena Ramadhan akan pergi dan tak ada satupun kepastian mereka akan berjumpa lagi dengan bulan penuh ampunan itu.


source: http://lutviavandi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar